Perlukah memaklumi pada kesalahan dalam masa proses?
Ternyata kapasitas manusia begitu beragam...
Karena Allah atau karena manusia?
Karena Allah dulu lalu karena manusia atau sebaliknya?
proses
Kehidupan terkadang membawa seseorang kepada keadaan di mana dia mesti memilih, seandainya pilihan itu mudah, terkadang pilihan yang terhidang ibarat simalakama, yang paling manis dari keduanya sangat pahit, ditambah lagi bila pilihannya antara Allah dengan manusia, yang pertama ditakuti adzabNya manakala didurhakai, yang kedua ditakuti amarahnya manakala tidak disetujui, lebih-lebih bila yang kedua adalah penguasa yang pedangnya terhunus yang bila tidak dipatuhi maka pedang bisa menyambar leher.
Kondisi yang di kalangan banyak orang cenderung memilih yang kedua, mementingkan menghindar dari amarah manusia dan sabetan pedang, mudharat yang hadir dan disegerakan, sementara untuk yang pertama, mudharat yang belum hadir, tidak terlihat, sehingga ia cenderung dikesampingkan. Padahal pertimbangan nalar lurus justru sebaliknya, mudharat hadir yang dikhawatirkan belum tentu terjadi, sementara yang belum hadir dipastikan terjadi, mudaharat hadir hanya kegetiran sesaat, sementara yang tidak hadir adalah kegetiran yang berkepanjangan.
Bila dalam kondisi tersebut, apa yang di pilih, karena manusia atau karena Rabbnya manusia? Wajah Allah atau muka manusia? Mengucapkan yang haq atau berkelit untuk menghindari yang haq?
Ingat Sabda Rasulullah !
من التمس رضى الله بسخط الناس رضي الله عنه وأرضى الناس عنه ومن التمس رضا الناس بسخط الله سخط الله عليه وأسخط عليه الناس
“Barangsiapa mencari ridha Allah sekalipun resikonya adalah amarah manusia, Allah akan meridhainya dan menjadikan manusia ridha kepadanya.Barangsiapa mencari ridha manusia sekalipun resikonya adalah amarah Allah, Allah akan memurkainya dan menjadikan manusia murka kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban)
_____________________
Kenangan proses taubat
Taoyuan Taiwan
Selasa, 23 Rajab 1436 H
12 Mei 2015 M
Althafunnisa

0 comments:
Post a Comment